by: Icha
ICHA~
by: Icha
ICHA~
by: Icha
ICHA~
by: Icha
ICHA~
by: Icha
setiap manusia pasti memiliki sisi gelap dan sisi terang.... pelajarilah sisi terang itu maka semua yang baik akan muncul~
ICHA~
impian dan harapan itu merupakan suatu kekuatan untuk melangkah~
ICHA~
rahasia itu begitu sombongnya memainkan langkah hidup manusia tapi justru itulah yang terindah~
Aku bukan wanita pemilih
Aku hanya menginginkan pria yg bisa menjadi imamku
Pria yg akan menuntunku dengan petuah bijaknya
Yg akan mengembalikanku ke jalan seharusnya saat aku hilang arah
Aku bukan wanita pemilih
Aku hanya mengidolakan pria yg bisa menenangkanku saat ego ku datang
Pria yg akan mengajariku melihat indahnya dunia ciptaanMu
Pria yg selalu melindungiku dengan dzikir serta doa tulusnya
Pria yg memposisikanku kelima setelah Allah, Nabi Muhammad SAW, serta kedua orangtuanya
Dari kecil, saya memang sudah bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Alasannya sangat simple karena saya ingin bisa menolong orang banyak khususnya menolong keluarga saya dan Alhamdulillah semua keluarga saya dapat mendukung mimpi saya itu. Apalagi Yang Tri (nenek saya), yang dulunya memang bercita-cita ingin menjadi seorang dokter tapi tidak tersampaikan karena masalah keuangan. Yang Tri sangat gigih mendukung saya dan selalu memberikan semangat kepada saya dalam proses pencapaian mimpi saya ini.
Saya ingat, dulu Yang Tri pernah bilang ke saya: “Hmm… mungkin pas mbak Icha udah disebut dr.Icha, Yang Tri udah gak disini lagi tapi gak apa-apa Yang Tri selalu mendukung mbak kok dari sana.” Dan waktu itu saya cuma bilang: “Jangan ngomong gitu donk Yang Tri. Nanti kalau icha udah berhasil jadi dokter, icha akan berusaha mengobati Yang Tri pas sakit, yaa.” Saya tidak merasakan firasat apa-apa saat itu dan ternyata tidak lama dari pembicaraan itu Yang Tri dirawat di RS lalu………….
ICHA~
“Pagi, Mah!” sapa Zicka sambil mengambil selai kacang kesukaannya lalu mengolesinya di atas sepotong roti.
“Ehm.. enak banget rotinya, Mah.“ ucapnya sambil memakan potongan roti itu dengan lahap.
“Aduh anak mama, makannya kok seperti itu? Ingat kamu itu anak perempuan, sopanlah sedikit.” Mama komentar karena melihat Zicka yang mulutnya penuh dengan potongan roti.
“Mama, sekarang kan sudah jam setengah tujuh jadi Zicka takut terlambat ke sekolah. Nah, biar Zicka tidak terlambat ke sekolahnya, jadi Zicka makan roti ini dengan secepat mungkin. Begitu, Mah.”
“Ckckc... kamu itu takut terlambat ke sekolah apa kamu memang lapar? Hehee..” canda Mama.
“Selain takut terlambat sekolah, alasan lainnya yaaa.. Zicka juga lapar, Mah. Ha..ha..” Zicka tertawa terbahak-bahak sehingga roti yang belum selesai ia telan, ikut keluar bersama tawanya itu.
“Aduh Zicka, kamu itu jorok banget. Jangan bertingkah laku seperti anak kecil akh.” Mama gemas dengan tingkah laku Zicka.
“Heheee.. maaf, Mah. Oh iya Mah, Papa kemana yaa? Kok dari tadi gak keliatan?”
“Oh papa? Papa sudah berangkat ke kantor, sayang.”
“Lhoo... kenapa berangkatnya pagi-pagi sekali, Mah?”
“Kata Papa, ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Ya sudah, cepat kamu selesaikan sarapanmu. Sudah siang, nanti kamu benar-benar terlambat lhoo.”
“Siap komandan! Zicka berangkat dulu ya Mah.” Zicka mengambil tasnya lalu berjalan menuju teras rumah.
“Assalamu’alaikum, Mama.”
“Wa’alaikumsalam.”
***