Penampakan dan suara petir selalu dianggap menakutkan. Setiap kali melihat atau mendengarnya, orang selalu menutup mata atau telinga. Namun, dalam foto, petir bisa tampak mengagumkan.
Foto petir yang diambil Muhammad Rayhan dari Observatorium dan Planetarium Jakarta pada Jumat (6/1/2012) pukul 23.00 WIB. Nikon D90 AF-S DX Nikkor 18-200mm 1:3.5-5.6G IF ED F 9, 8 sec, ISO 400, Foc Leng 18mm, Exp Comp 0.0 RAW image file processed using Adobe Photoshop CS5
Foto petir yang diambil Muhammad Rayhan dari Observatorium dan Planetarium Jakarta pada Jumat (6/1/2012) pukul 23.00 WIB. Nikon D90 AF-S DX Nikkor 18-200mm 1:3.5-5.6G IF ED F 9, 8 sec, ISO 400, Foc Leng 18mm, Exp Comp 0.0 RAW image file processed using Adobe Photoshop CS5
Rayhan yang juga pembina Himpunan Astronom Amatir Jakarta (HAAJ) berhasil mengabadikan petir yang menyambar di langit Observatorium dan Planetarium Jakarta, Jumat (6/1/2012) malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Dalam foto Rayhan, petir tampak bagai akar cahaya yang tumbuh vertikal dari atap planetarium. Ini menarik, sebab sebenarnya petirlah yang "mendekati" atap planetarium itu. Petir tampak dengan latar langit biru dan awan yang menghitam.
Rayhan menganggap keberhasilan memotret petir ini bukan saja kerja keras, tapi juga keberuntungan. Waktu petir muncul tidak pernah diketahui sehingga mau tak mau, fotografer harus mengatur kamera agar mengambil foto banyak secara berturut-turut sambil berharap petir muncul.
"Dari sekitar 150 foto yang saya ambil, saya beruntung ada beberapa foto yang berhasil menangkap gambar petir dengan penampakan yang luar biasa," cerita Rayhan pada Kompas.com, Senin (9/1/2012) kemarin.
Tertarik memotret petir? Rayhan mengatakan, modal dasar untuk bisa memotret petir adalah menguasai teknik fotografi dasar seperti mengatur sensitivitas sensor (disebut ASA atau ISO), menentukan kecepatan rana kamera (shutter spees) serta mengatur diafragma.
Memberikan tips, Rayhan mengungkapkan, "Kondisi yang baik dalam memotret petir adalah malam hari, agar penampakan petir dapat maksimal di tengah pekatnya gelap malam. Dengan kondisi malam hari yang gelap, maka kita membutuhkan waktu rana yang cukup lama, 4 hingga 8 detik agar sensor kamera memiliki waktu penyinaran sensor yang cukup agar hasil foto tidak gelap."
Rayhan menganggap keberhasilan memotret petir ini bukan saja kerja keras, tapi juga keberuntungan. Waktu petir muncul tidak pernah diketahui sehingga mau tak mau, fotografer harus mengatur kamera agar mengambil foto banyak secara berturut-turut sambil berharap petir muncul.
"Dari sekitar 150 foto yang saya ambil, saya beruntung ada beberapa foto yang berhasil menangkap gambar petir dengan penampakan yang luar biasa," cerita Rayhan pada Kompas.com, Senin (9/1/2012) kemarin.
Tertarik memotret petir? Rayhan mengatakan, modal dasar untuk bisa memotret petir adalah menguasai teknik fotografi dasar seperti mengatur sensitivitas sensor (disebut ASA atau ISO), menentukan kecepatan rana kamera (shutter spees) serta mengatur diafragma.
Memberikan tips, Rayhan mengungkapkan, "Kondisi yang baik dalam memotret petir adalah malam hari, agar penampakan petir dapat maksimal di tengah pekatnya gelap malam. Dengan kondisi malam hari yang gelap, maka kita membutuhkan waktu rana yang cukup lama, 4 hingga 8 detik agar sensor kamera memiliki waktu penyinaran sensor yang cukup agar hasil foto tidak gelap."
(sumber)
Posting Komentar