Mimpi yang sama terus merasuki ku dihitamnya malam. “Bunda… aku kangen bunda.” Tak sadar air mata itu perlahan turun dengan lembutnya. Membasahi semua kepedihanku.
“Teng teng,” jam dinding pun berdetak.
“Hmm.. sudah berapa lama aku tertidur disini?” kataku sambil mengusap butiran air mata.
Aku berdiri menatap ruang kosong bercat coklat yang disudut ruangnya terdapat sebuah meja kayu minimalis dengan sepasang lilin menyala diatasnya. Aku mengambil lilin tersebut dan mengarahkannya ke jam dinding berukuran besar yang tergantung di sepertiga bagian tembok dekat jendela.
“Sudah satu jam ternyata aku terlelap disini,” dengan lilin ditangan yang sudah tidak menyala lagi, aku keluar dari ruang kosong itu dan berjalan menuju kamar mandi untuk menyegarkan wajahku yang terasa bengkak karena menangis.
Ya, ruang kosong itu sebenarnya adalah kamar bundaku. Dulu aku sering bermain disini bersama adik kecil ku, Yoona. Hingga sekarang, aku selalu menghabiskan waktu senggangku di ruang kosong ini. Entah kenapa ruang kosong ini menurutku sangat istimewa. Mungkin karena ruangan kosong ini adalah bekas kamar bundaku. Ya mungkin saja…..